Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Humor Bukan Sekedar Bumbu Kehidupan

ZATNI ARBI (Pengamat Teknologi Informasi)
Dalam penerbangan antar-benua, ketika pesawat sudah mendekati tujuan, kita sering mendengar penumpang tiba-tiba tertawa terbahak bahak. Mudah ditebak, pasti sedang asyik menonton film komedi.

ENTAH DISENGAJA, entah tidak, tetapi suguhan film-film lucu yang bisa membuat orang orang di dalam kabin yang sumpek tertawa terbahak-bahak punya manfaat yang sangat positif.
Bayangkan, para penumpang itu sudah duduk terus menerus—bahkan tidur dalam posisi duduk—selama belasan jam. Pada saat itu, kondisi fi sik mereka pastilah sudah menurun. Mereka mungkin juga sangat mengantuk, karena perbedaan waktu yang cukup besar dan jetlag. Tertawa karena geli adalah obat yang sangat mujarab.


Mahal Senyum

Saya selalu merasa heran melihat orang yang tidak pernah atau jarang tersenyum, apalagi tertawa secara spontan. Di masyarakat kita tampaknya banyak orang justru merasa bahwa tampang yang seram tanpa senyum adalah modal utama untuk meningkatkan wibawa, seperti halnya Pak polisi yang selalu memelihara kumis yang tebal.
Cobalah simak sinetron kita, yang notabene amat miskin guyon yang segar. Di sinetron, seorang direktur perusahaan hampir selalu digambarkan sebagai orang yang selalu serius dan tidak pernah tersenyum, apalagi tertawa di depan anak buah. Biasanya kita bisa bergurau dan tertawa bila sedang bersama orang-orang yang kita kenal. Itupun bila kita sedang berada di antara orang-orang yang kita anggap sederajat. Apakah ini mencerminkan masyarakat yang diskriminatif dan feodal?
Entahlah. Yang jelas, tertawa merangsang unsur-unsur kimia yang positif di otak kita. Banyak artikel di web juga melaporkan bahwa tertawa meningkatkan aliran darah di tubuh kita dan membawa efek positif pada jantung kita. Kita juga membaca tentang pasien-pasien yang dinyatakan sudah terminal, seperti kanker, tetapi masih mampu memperpanjang usia mereka dengan menonton film-film lucu ataupun mendengarkan rekaman siaran radio yang penuh dengan guyon yang segar.
Tertawa, seperti juga menguap karena kantuk, sangatlah mudah menular. Judul “Laughter, the Best Medicine” dalam majalah Reader’s Digest rupanya tidak mengada-ada.
Di Indonesia, kita masih jarang menerima sapaan yang diiringi senyum tulus dari kasir di supermarket, apalagi menjumpai kasir yang mengajak kita bergurau. Sebaliknya, di masyarakat yang lebih maju, para kasir supermarket tidak malu-malu mengajak pembeli yang mereka layani untuk bergurau. Ada sejumlah tip yang diberikan Martha Beck dalam bukunya The Joy Diet yang berkaitan dengan tawa.
Pertama, katanya, kita harus sering berkumpul dengan orang-orang yang juga suka tertawa. Anjuran ini sangat masuk di akal. Kalau kita selalu bergaul dengan orang-orang yang sukses dalam hidup mereka, kita juga akan terbawa-bawa—setidak-tidaknya dalam cara kita memandang hidup ini. Sebaliknya kalau kita hanya bergaul dengan orang-orang yang gagal dalam hidup mereka, lambat laun kita juga akan mempunyai pandangan hidup yang loyo. Kedua, kalau sedang merasa tidak bersemangat atau sedang dilanda stres, cobalah tertawa sekeras-kerasnya walaupun tidak ada hal yang menggelikan, kata Martha Beck. Kedengarannya aneh, seakan-akan kita disuruh menjadi orang gila yang tertawa sendiri. Namun, Martha Beck meyakinkan kita bahwa setelah beberapa lama kita akan merasakan energi dan sikap yang positif munculdalam diri kita.

Betah Bekerja

Apa kaitannya anjuran Martha Beck dengan kita sebagai pengguna teknologi informasi? Jangan lupa, dalam pekerjaan kita sehari-hari kita semakin lebih banyak bergaul dengan mesin alih alih dengan sesama manusia. Kita yang bekerja atau berbisnis sendiri di rumah bisa semakin terisolasi. Teknologi bisa membuat manusia hidup dalam dunianya sendiri. Padahal, sebagai makhluk sosial, kita memiliki kebutuhan untuk bergaul. Kita perlu banyak tertawa, banyak bergurau.
Humor yang segar bisa menjadi alat ampuh untuk mendobrak hambatan dalam negosiasi. Gurau juga bisa membuat para klien kita lebih mudah mengingat kita, walaupun kita jarang bertemu dengan mereka karena waktu kita lebih banyak dihabiskan di depan layar komputer. Jadi, lebih banyaklah tertawa._(zatni@cbn.net.id)

0 Comment: